Mendaki Gunung Ijen : Panorama Ijen dan Keindahan “Blue Fire”
Ijen memiliki harta karun yang luar biasa. Tak hanya
wajahnya yang cantik, pemandangan sekitar ijen tampak memukau. Ijen juga
memiliki keajaiban dunia bernama “Blue Fire”, yaitu si api biru yang
muncul secara alami karena proses alam. Blue Fire ini bahkan hanya ada 2
di dunia, yakni di Gunung Ijen dan di Islandia.
Pukul 23.45 WIB, mas Slamet yang memandu kami mengetuk pintu kamar.
Kami disuruh mempersiapkan segala perlengkapan naik gunung agar tak ada
yang tertinggal. Selain memakai jaket double 3, saya memakai sarung
tangan, tutup kepala, dan sendal gunung dengan kaos kaki
double.
Selain itu, saya membawa tripot, kamera, handuk kecil untuk penutup
hidung, makanan, air minum, dan mantel plastik. Kok banyak? Semua yang
saya bawa ada fungsinya.
Ini yang namanya rejeki, pemandu yang menemani kami ternyata baik
banget. Tanpa kita minta, dia membawakan ransel isi minuman dan makanan
termasuk tripot dan kamera kami berempat. “Santai saja mas jangan
sungkan. Saya biasa manggul belerang 70kg. Kalau cuma segini sih kaga
ada apa-apanya,” ucap Slamet. Alhasil, kita naik hanya bawa diri dan
senter yang menemani perjalanan karena kondisi jalan dikhawatirkan gelap
gulita.
Perjalanan Menuju Puncak Ijen
Pukul 00.00 WIB, kami memulai perjalanan mendaki Gunung Ijen.
Syukurlah, cuaca malam itu terang-benderang. Sang rembulan tak malu-malu
menampakkan wajah dan mengeluarkan cahayanya. Kami jadi tak perlu
menggunakan senter karena cahaya terang bulan membantu menerangi
perjalanan kami. Hanya, mas Slamet bilang kalau bulannya gak purnama
kayak begini, senter sangat dibutuhkan untuk mendaki Ijen ini. Tak hanya
senter, jaket dibutuhkan untuk menghalau dinginnya udara. Waktu kita
naik suhunya sekitar 12
0c. Yang shock, liat bule-bule. Naik Gunung Ijen pakenya tanktop. Terus, mereka bilang “so, hot”. Alamak…
Walau medannya menanjak karena kemiringan 5
0 hingga 50
0,
tetapi saya menikmati. Apalagi, sepanjang perjalanan saya ditemani
pemandangan indah Kota Banyuwangi dengan kerlip lampunya. Pemandangan
bagus, bukan berarti tak fokus. Kita harus memahami sikon karena jalanan
berpasir dan berpotensi membuat siapapun terpeleset. Ini pentingnya
menggunakan sepatu atau sendal gunung. Jalan jadi lebih mudah. Dilihat
dari ukuran jalan, akses menuju Ijen terbilang lebar dengan ukuran jalan
bervariasi, 1-3m.
Perjalanan Menuju Blue Fire
Waktu menunjukkan pukul 02.30 saat kami
sampai puncak Ijen di ketinggian 2.300m dpl. Dari Pos Paltidung menuju
puncak Gunung Ijen idealnya ditempuh selama 2 jam. Kalau para bule
biasanya naik Cuma 1,5jam. Nah, karena kita sering berhenti, waktu yang
kita tempuh 2,5jam. Sesampainya di puncak, pemandu bilang kepada kami,
kita harus segera turun menuju “Blue Fire” karena api ini hanya keluar
sekitar jam 2.30-4.30 pagi. Setelah jam itu, api akan mati dan akan
mengeluarkan asap tebal berbau belerang. Kami pun langsung bergegas
menuruni tebing.
Banyak orang yang menyangka saya foto di Swiss. Inilah keindahan Ijen yang tak kalah dengan objek wisata di luar negeri.
Jalan di sini tak bisa cepat. Kondisi jalannya 4x lebih parah dari
jalan Pos Paltidung menuju Puncak Ijen. Jalanan ini dipenuhi bebatuan
dengan kemiringan jalan hampir 80
0. Jalanannya ibarat tebing
di film Lord of The Ring. Dari puncak menuju dasar dibutuhkan waktu
sekitar 45 menit. Menurut mas Slamet, agar jalan aman, injak batu yang
paling kuat menempel. Jangan menginjak batu rapuh. Tangan juga harus
berpegangan kuat untuk beberapa tempat. Di tengah ketakutan saya turun,
saya shock ketika melihat beberapa penambang belerang yang dengan
santainya jalan dan memanggul belerang seberat 70-120kg. Eh, busyet… Gak
ngebayang…
Takjub Melihat Blue Fire Langsung
Sesampainya di jurang terbawah, kami berhenti tepat di hadapan “Blue
fire”. Perjalanan yang melahkan ini sirna saat melihat api biru yang
begitu besar. Api biru keluar dari celah-celah batu. Cahaya yang keluar
menyinari batu-batu belerang . Subhanallah banget. Enggak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Posisi kami melihat pun sangat nyaman
karena terdapat area lapang yang bisa menikmati keajaiban ini. Tips,
jangan terlalu dekat dengan api. Tetap jaga jarak Anda karena
dikhawatirkan ada semburan belerang dan kobaran api mendadak yang
mengenai badan.

Bau belerang di area ini tercium kuat banget. Itulah fungsinya
handuk. Untuk menetralisir bau belerang, handuk dibasahi dengan air lalu
jadikan penutup hidung. Cara ini lumayan efektif meredam bau belerang
yang sangat menyengat. Karena anginnya cukup kencang, agak bingung saya
memotret api ini di sini. Pergerakan antara api dan awan benar-benar tak
terprediksi.Apalagi, tripot ditinggalkan di Puncak Ijen ke teman yang
enggak ngikut ke bawah. Alhasil, banyak gambar goyang.
Ini Fungsinya Pemandu
Baru 15 menit di sini dan lagi asik-asiknya foto, tiba-tiba api
mengecil. Pemandu langsung menyuruh kami naik ke puncak. Ia khawatir api
padam lebih awal. Kami pun bergegas naik. Benar saja, baru setengah
perjalanan naik api padam. Semua kawasan terasa tertutup kabut dengan
bau belerang menyengat 2x lipat. Tebalnya kabut membuat saya sulit
melihat jalan. Padahal, saya sudah membawa senter. Yang enggak nahan,
mata pedes banget sampai berair karena pekatnya belerang.
Beda dengan turun, perjalanan ke atas tak bisa santai. Ketakutan yang
membuat saya harus bergegas sampai atas. Ini seharusnya enggak dilakukan
karena membayakan. Tetap fokus dan jangan panik. Sampai atas, kaki saya
berasa keram karena jalan yang sangat cepat. Plus, udara terasa sangat
dingin sementara badan mengeluarkan keringat yang luar
biasa.Tips,
jangan sesekali melepas jaket Anda ketika berkeringat di tempat begini.
Anda bisa masuk angin. Biarkan tubuh Anda tertutup jaket tebal.
Waktu menunjukkan pukul 4.00 WIB. Kondisi Ijen sangat dingin. Bukan hanya suhunya yang rendah, di bawah 5
0C,
angin yang berhembus juga sangat kencang. Kami pun disuruh berlindung
di antara cekungan tanah. Selain itu, kami disuruh memakai jas hujan.
Ternyata ini fungsi jas hujan, yaitu melindungi badan dari udara yang
berhembus kencang. Badan pun lebih hangat karena udara tak begitu
terlalu menembus badan.
Pemandangannya Luar Biasa
Pukul 06.00 WIB, akhirnya wajah Ijen menampakkan wajah yang
sesungguhnya. Saya terkagum-kagum dengan pesona keindahan gunung ini.
Saya benar-benar dibuat jatuh hati dengan alam Ijen. Panorama
keindahannya begitu memukau. Jajaran pegunungan terlihat begitu indah.
Saya juga melihat banyak view yang menarik. Ada gumpalan belerang yang
membuat ijen seperti tertutup salju. Ada hamparan pasir yang indah.
Semua terlihat sempurna dengan langit yang menakjubkan.

Pukul 07.00 WIB, kami memutuskan untuk menuruni gunung. Saya makin
terperangah dengan keindahan di sepanjang perjalanan. Subhanallah, luar
biasa. Sepanjang perjalanan turun saya bisa melihat pemandangan dan Kota
Banyuwangi dari kejauhan. Yang menarik, selama perjalanan turun, saya
melihat kehidupan masyarakat Ijen. Ternyata, jumlah penambang belerang
di sini sangat banyak. Antara kagum, miris, dan menyentuh kalbu.
https://arsitektour.wordpress.com/2015/02/16/mendaki-gunung-ijen-2-panorama-ijen-dan-keindahan-blue-fire/