Perfect World Online Spear Thingy

Kamis, 18 Mei 2017

Surganya Banyuwangi

Mendaki Gunung Ijen : Panorama Ijen dan Keindahan “Blue Fire”

Ijen memiliki harta karun yang luar biasa. Tak hanya wajahnya yang cantik, pemandangan sekitar ijen tampak memukau. Ijen juga memiliki keajaiban dunia bernama “Blue Fire”, yaitu si api biru yang muncul secara alami karena proses alam. Blue Fire ini bahkan hanya ada 2 di dunia, yakni di Gunung Ijen dan di Islandia.
Pukul 23.45 WIB, mas Slamet yang memandu kami mengetuk pintu kamar. Kami disuruh mempersiapkan segala perlengkapan naik gunung agar tak ada yang tertinggal. Selain memakai jaket double 3, saya memakai sarung tangan, tutup kepala, dan sendal gunung dengan kaos kaki double. Selain itu, saya membawa tripot, kamera, handuk kecil untuk penutup hidung, makanan, air minum, dan mantel plastik. Kok banyak? Semua yang saya bawa ada fungsinya.

Image result for gunung ijen

Ini yang namanya rejeki, pemandu yang menemani kami ternyata baik banget. Tanpa kita minta, dia membawakan ransel isi minuman dan makanan termasuk tripot dan kamera kami berempat.  “Santai saja mas jangan sungkan. Saya biasa manggul belerang 70kg. Kalau cuma segini sih kaga ada apa-apanya,” ucap Slamet. Alhasil, kita naik hanya bawa diri dan senter yang menemani perjalanan karena kondisi jalan dikhawatirkan gelap gulita.
Perjalanan Menuju Puncak Ijen
Pukul 00.00 WIB, kami memulai perjalanan mendaki Gunung Ijen. Syukurlah, cuaca malam itu terang-benderang. Sang rembulan tak malu-malu menampakkan wajah dan mengeluarkan cahayanya. Kami jadi tak perlu menggunakan senter karena cahaya terang bulan membantu menerangi perjalanan kami. Hanya, mas Slamet bilang kalau bulannya gak purnama kayak begini, senter sangat dibutuhkan untuk mendaki Ijen ini. Tak hanya senter, jaket dibutuhkan untuk menghalau dinginnya udara. Waktu kita naik suhunya sekitar 120c. Yang shock, liat bule-bule. Naik Gunung Ijen pakenya tanktop. Terus, mereka bilang “so, hot”. Alamak…

https://arsitektour.files.wordpress.com/2015/02/ijen-2j.jpg

Walau medannya menanjak karena kemiringan 50 hingga 500, tetapi saya menikmati. Apalagi, sepanjang perjalanan saya ditemani pemandangan indah Kota Banyuwangi dengan kerlip lampunya. Pemandangan bagus, bukan berarti tak fokus. Kita harus memahami sikon karena jalanan berpasir dan  berpotensi membuat siapapun terpeleset. Ini pentingnya menggunakan sepatu atau sendal gunung. Jalan jadi lebih mudah. Dilihat dari ukuran jalan, akses menuju Ijen terbilang lebar dengan ukuran jalan bervariasi,  1-3m.

Perjalanan Menuju Blue Fire
Waktu menunjukkan pukul 02.30 saat kami sampai puncak Ijen di ketinggian 2.300m dpl. Dari Pos Paltidung menuju puncak Gunung Ijen idealnya ditempuh selama 2 jam. Kalau para bule biasanya naik Cuma 1,5jam. Nah, karena kita sering berhenti, waktu yang kita tempuh 2,5jam. Sesampainya di puncak, pemandu bilang kepada kami, kita harus segera turun menuju “Blue Fire” karena api ini hanya keluar sekitar jam 2.30-4.30 pagi. Setelah jam itu, api akan mati dan akan mengeluarkan asap tebal berbau belerang. Kami pun langsung bergegas menuruni tebing.

https://arsitektour.files.wordpress.com/2015/02/ijen-2h_1.jpg 
Banyak orang yang menyangka saya foto di Swiss. Inilah keindahan Ijen yang tak kalah dengan objek wisata di luar negeri.

Jalan di sini tak bisa cepat. Kondisi jalannya 4x lebih parah dari jalan Pos Paltidung menuju Puncak Ijen. Jalanan ini dipenuhi bebatuan dengan kemiringan jalan hampir 800. Jalanannya ibarat tebing di film Lord of The Ring. Dari puncak menuju dasar dibutuhkan waktu sekitar 45 menit. Menurut mas Slamet, agar jalan aman, injak batu yang paling kuat menempel. Jangan menginjak batu rapuh. Tangan juga harus berpegangan kuat untuk beberapa tempat. Di tengah ketakutan saya turun, saya shock ketika melihat beberapa penambang belerang yang dengan santainya jalan dan memanggul belerang seberat 70-120kg. Eh, busyet… Gak ngebayang…
Takjub Melihat Blue Fire Langsung
Sesampainya di jurang terbawah, kami berhenti tepat di hadapan “Blue fire”. Perjalanan yang melahkan ini sirna saat melihat api biru yang begitu besar. Api biru keluar dari celah-celah batu. Cahaya yang keluar menyinari batu-batu belerang . Subhanallah banget. Enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Posisi kami melihat pun sangat nyaman karena terdapat area lapang yang bisa menikmati keajaiban ini. Tips, jangan terlalu dekat dengan api. Tetap jaga jarak Anda karena dikhawatirkan ada semburan belerang dan kobaran api mendadak yang mengenai badan.

Image result for gunung ijen
Bau belerang di area ini tercium kuat banget. Itulah fungsinya handuk. Untuk menetralisir bau belerang, handuk dibasahi dengan air lalu jadikan penutup hidung. Cara ini lumayan efektif meredam bau belerang yang sangat menyengat. Karena anginnya cukup kencang, agak bingung saya memotret api ini di sini. Pergerakan antara api dan awan benar-benar tak terprediksi.Apalagi, tripot ditinggalkan di Puncak Ijen ke teman yang enggak ngikut ke bawah. Alhasil, banyak gambar goyang.
Ini Fungsinya Pemandu
Baru 15 menit di sini dan lagi asik-asiknya foto, tiba-tiba api mengecil. Pemandu langsung menyuruh kami naik ke puncak. Ia khawatir api padam lebih awal. Kami pun bergegas naik. Benar saja, baru setengah perjalanan naik api padam. Semua kawasan terasa tertutup kabut dengan bau belerang menyengat 2x lipat. Tebalnya kabut membuat saya sulit melihat jalan. Padahal, saya sudah membawa senter. Yang enggak nahan, mata pedes banget sampai berair karena pekatnya belerang.

https://arsitektour.files.wordpress.com/2015/02/ijen-2b_1.jpg

Beda dengan turun, perjalanan ke atas tak bisa santai. Ketakutan yang membuat saya harus bergegas sampai atas. Ini seharusnya enggak dilakukan karena membayakan. Tetap fokus dan jangan panik. Sampai atas, kaki saya berasa keram karena jalan yang sangat cepat. Plus, udara terasa sangat dingin sementara badan mengeluarkan keringat yang luar biasa.Tips, jangan sesekali melepas jaket Anda ketika berkeringat di tempat begini. Anda bisa masuk angin. Biarkan tubuh Anda tertutup jaket tebal.

Related image

Waktu menunjukkan pukul 4.00 WIB. Kondisi Ijen sangat dingin. Bukan hanya suhunya yang rendah, di bawah 50C, angin yang berhembus juga sangat kencang. Kami pun disuruh berlindung di antara cekungan tanah. Selain itu, kami disuruh memakai jas hujan. Ternyata ini fungsi jas hujan, yaitu melindungi badan dari udara yang berhembus kencang. Badan pun lebih hangat karena udara tak begitu terlalu menembus badan.
Pemandangannya Luar Biasa
Pukul 06.00 WIB, akhirnya wajah Ijen menampakkan wajah yang sesungguhnya. Saya terkagum-kagum dengan pesona keindahan gunung ini. Saya benar-benar dibuat jatuh hati dengan alam Ijen. Panorama keindahannya begitu memukau. Jajaran pegunungan terlihat begitu indah. Saya juga melihat banyak view yang menarik. Ada gumpalan belerang yang membuat ijen seperti tertutup salju. Ada hamparan pasir yang indah. Semua terlihat sempurna dengan langit yang menakjubkan.

Image result for gunung ijen
Pukul 07.00 WIB, kami memutuskan untuk menuruni gunung. Saya makin terperangah dengan keindahan di sepanjang perjalanan. Subhanallah, luar biasa. Sepanjang perjalanan turun saya bisa melihat pemandangan dan Kota Banyuwangi dari kejauhan. Yang menarik, selama perjalanan turun, saya melihat kehidupan masyarakat Ijen. Ternyata, jumlah penambang belerang di sini sangat banyak. Antara kagum, miris, dan menyentuh kalbu.

https://arsitektour.wordpress.com/2015/02/16/mendaki-gunung-ijen-2-panorama-ijen-dan-keindahan-blue-fire/






 



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate